Jaringan Komputer Dasar
WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN)
Jaringan Nirkabel
Jaringan wireless adalah suatu arsitektur jaringan komputer yang terhubung
menggunakan media transmisi berupa wlan card (pengguna) dan Access Point (AP), sebagai
transmitter dan receiver, dimana transmisi data dikirim melalui gelombang elektromagnetik
sebagai penghantarnya. Setiap komponen atau protokol yang ada didalam jaringan wireless diatur oleh salah
satu badan organisasi dunia yaitu IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan
FCC (Federal Communication Commission) sebagai standar yang luas diaplikasikan baik
diberbagai perangkat keras atau lainnya. Jaringan Wireless LAN diatur berdasarkan standar IEEE 802.11 dan Jaringan WIMAX
didasarkan pada 802.16. Sedangkan di Indonesia badan yang menaungi masalah perizinan
penggunaan specktrum frekuensi ada dibawah : Direktorat Jenderal Sumber Daya dan
Perangkat POS dan Informatika yang beralamat di link address berikut :
(http://www.postel.go.id/artikel_c_7_p_1856.htm), serta hal lain seperti cara kepengurusan
dan perhitungan Biaya Hak Penggunaan (BHP) ada di link berikut (http://postelkki.
kompetisiog.com/2012/06/26/simulasi-perhitungan-tarif-biaya-hak-penggunaanspektrum-
frekuensi-radio).
Komponen pendukung jaringan wireless
Jaringan wireless dibangun dari berbagai komponen pendukung, sehingga dapat
melakukan komunikasi data. Setiap bagian komponennya memiliki fungsi masing – masing,
seperti pada bagian lain dari jaringan seperti LAN atau lainnya. Pada jaringan wireless juga
terbagi ke dalam 2 sistem. Sistem pertama berupa Software dan sistem kedua adalah
Hardware. Kita akan membahas lebih mendalam dari keduanya :
1. Komponen Software :
1. Device Driver
adalah program komputer yang digunakan untuk mengontrol berbagai perangkat
yang terhubung ke komputer.
2. Firmware
Firmware merupakan suatu kombinasi dari persistent memori, kode program dan
media penyimpanan yang digunakan untuk embeded system pada perangkat
keras. Terdapat beberapa versi firmware untuk perangkat jaringan wireless,
seperti AP yang bersifat open source, diantaranya adalah :
1. DD-WRT
2. Open WRT
3. Tomatoc
4. Fairuza
5. Jassager
6. X-WRT
7. Tarifa, dll.
3. Protokol 802.11
a. IEEE 802.11a
b. IEEE 802.11b
c. IEEE 802.11g
d. IEEE 802.11n
2. Komponen Hardware :
1. Wireless Card
Adalah suatu adapter untuk komunikasi data pada jaringan wireless, sehingga
setiap PC mampu terhubung satu dengan yang lainnya melalui protokol yang
sama. Saat ini wireless adapter telah beragam jenisnya, diantaranya yaitu :
a. Wireless USB Card
b. Wireless Card PCI
c. Wireless 3G/HSDPA Modem USB
2. Access Point Router
Suatu router yang digunakan untuk menghubungkan setiap klien ke dalam
jaringan wireless (infrastruktur), sehingga mampu terhubung pula ke jaringan
internet.
3. Antena
Merupakan suatu perangkat yang pada umumnya digunakan untuk memperluas
cakupan penerimaan sinyal jaringan wireless bagi klien atau memperluas jaringan
melalui teknik PtP atau PtM.
Pengklasifikasian antena dapat didasarkan
1. Frekuensi dan ukuran.
Antena yang dipakai di HF berbeda dengan antena yang dipakai bagi VHF, dan
juga berbeda dengan antena untuk gelombang mikro. Panjang gelombang berbeda
di frekuensi yang berbeda, oleh sebab itu antena harus berbeda dalam ukurannya
untuk memancarkan sinyal pada panjang gelombang yang tepat. Kita khususnya tertarik pada antena yang bekerja pada jangkauan gelombang mikro, khususnya di
frekuensi 2,4 GHz (panjang gelombang adalah 12,5 cm) dan 5 GHz (6 cm).
2. Directivity (Pengarahan)
Antena bisa omnidirectional, sektorial atau directive.
· Antena Omni-directional memancarkan pola yang kurang lebih sama di
sekitar antena dalam pola 360° yang sempurna. Tipe antena
omnidirectional yang paling populer adalah dipole dan ground plane.
Omnidirectional antena secara normal mempunyai gain sekitar 3-12 dBi.
Yang digunakan untuk hubungan Point- To-Multi-Point ( P2MP) atau stu
titik ke banyak titik di sekitar daerah pancaran. Yang baik bekerja dari
jarak 1-5 km.
· Antena sektoral menyebar medan terutama ke arah tertentu. Beam
antenna sektoral dapat selebar 180 derajat, atau sesempit 60 derajat.
· Antenna pengarah atau antenna directional adalah antena dimana
beamwidth jauh lebih sempit daripada jika di sektorial antena. Mereka
mempunyai gain yang paling tinggi dan oleh karena itu digunakan untuk
hubungan jarak jauh, seperti PtP atau PtM.
Beberapa tipe antena pengarah adalah :
a. Yagi d. Helicoidal
b. Biquad e. Antena patch,
c. Horn f. Parabolic dish, dll.
3. Pembuatan fisik
Antena dapat dibuat dalam banyak cara yang berbeda, mulai dari kawat
sederhana, ke parabola, hingga kaleng kopi.
· Antena Horn
Antena ini dibuat biasanya digunakan untuk memancarkan dan menerima
gelombang elektromagnetik pada sistem radar (pada pita frekuensi S). Fungsi
lain adalah menghasilkan phasa yang menyebar ke arah depan dengan
tingkap yang lebih lebar dari bumbung gelombang dan memiliki pengarahan
yang besar.
· Antena Grid
Antena ini digunakan untuk tipe penyebaran gelombang elektromagnetik ke
area tertentu dengan jarak sedang atau tidak begitu jauh. Tipe ini mampu
untuk beroperasi pada jaringan PtP atau PtM.
· Antena Biquad
Antena Biquad merupakan antena kawat dipole loop berbentuk kubus ganda
dengan reflektornya berbentuk sebuah flat panel (large flat sheet) dengan
lebar sisi yang sedikit lebih panjang daripada rangkaian dipolenya sehingga
bertindak seolah-olah sebagai bidang yang tak berhingga luasnya. Letak
reflektor tidak jauh dari dipolenya yang bertujuan untuk mengurangi radiasi
ke arah belakang. Dengan jarak yang kecil antara antena dengan reflektornya,
maka susunan ini juga menghasilkan gain yang lebih besar pada radiasinya ke
arah depan. Gain yang dihasilkan oleh antena 1⁄2 dengan large flat sheet
reflektor relatif tergantung dari jarak dipolenya. Semakin jauh jarak
dipolenya, gain yang diperoleh akan semakin kecil namun bandwidthnya akan
semakin besar.
· Antena Wajan bolic
4.3 Modulasi spectrum jaringan wireless 802.11
Spread spectrum menggunakan kekuatan sinyal rendah yang sengaja untuk
memperluas memenuhi semua alokasi bandwidth, sementara pada saat yang sama
memungkinkan sejumlah pengguna untuk berbagi media / kanal yang sama dengan
menggunakan kode yang berbeda untuk setiap pelanggan. Ada tiga cara untuk
melakukannya: Direct Squence Spread Spectrum (DSSS), Frequency Hopping Spread
Spectrum (FHSS) dan Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM ) :
1. Kecepatan akses transfer data apabila menggunakan modulasi ini adalah sampai
dengan 11 Mbps, dimana modulasi ini bekerja pada perangkat dengan kode
standarisasi 802.11b/g. Dalam DSSS informasi yang akan dikirim dikalikan secara
digital yang urutan frekuensi yang lebih tinggi, sehingga memperlebar bandwidth
pengiriman. Meskipun ini mungkin terlihat seperti membuang-buang bandwidth,
pemulihan sistem sangat efisien , sehingga dapat membaca sinyal yang sangat
lemah, memungkinkan untuk serentak penggunaan spektrum yang sama dengan
beberapa stasiun sekaligus.
2. Pada FHSS, pemancar akan secara terus menerus mengubah frekuensi dalam alokasi
bandwidth yang di ijinkan sesuai dengan kode tertentu. Penerima harus mengetahui
kode ini untuk melacak frekuensi pemancar.
3. OFDM memiliki kecepatan maximum data 54 Mbps (dengan throughput yang bisa
dipakai sebesar 22 Mbps), dan bisa turun menjadi 11 Mbps pada mode DSSS.
4.4 Standarisari Protokol Jaringan Wireless (IEEE 802.11)
Pada jaringan wireless terdapat standarisasi yang digunakan untuk penyesuaian
kerja hardware atau software yang dibuat oleh berbagai vendor. Standar tersebut
dikeluarkan oleh IEEE yang dikenal sebagai standar IEEE 802.11 dan di lisensi oleh organisasi
yang berada di Amerika yaitu FCC. Dari standar tersebut telah lahir berbagai perangkat
hardware yang memiliki kemampuan berbeda – beda, seiring dengan berkembangnya versi
standarisasinya. Versi – versi standarisasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Pada jaringan wireless dikenal suatu teknologi baru yaitu MIMO (Multiple Input
Multiple Output) atau Multiptle Antena Transmitter (Tx) dan multiple antena Receiver (Rx).
Teknologi tersebut muncul berdasarkan teknologi sebelumnya (802.11) dengan
menambahkan fungsi MIMO.
Kemunculan teknologi tersebut diaplikasikan pada perangkat dengan standar
802.11n yang beroperasi menggunakan Channel-bonding / 40 Mhz pada layer Physical, dan
aggregasi frame pada layer MAC. Teknologi ini ditujukan untuk meningkatkan kinerja
jangkauan penerimaan sinyal dan throughput data, tanpa bandwidht frekuensi dan daya
pancar tambahan.
4.5 Frekeunsi dan Kanal Jaringan wireless 802.11
Frekuensi merupakan suatu saluran gelombang elektromagnetik yang berada di
udara yang digunakan untuk akses pertukaran data diantara perangkat yang beroperasi
pada jaringan wireless. Sedangkan kanal (channel) yaitu jangkauan frekuensi yang
terdefinisikan secara baik yang digunakan untuk komunikasi.
Jaringan wireless 802.11b/g mendefiniskan lebar saluran kanal sebesar 22 MHz yang
beroperasi di frekuensi 2.4 GHz, tetapi pemisah diantara kanal hanya sebesar 5 MHz.
Sedangkan pada 802.11a/n memiliki lebar kanal sebesar 20 MHz dengan operasi kerja di 5
frekuensi GHz (802.11a), 2.4 GHz (802.11n).
Penggunaan paling populer dari gelombang mikro adalah di oven microwave, yang
kebetulan menggunakan frekuensi yang sama dengan frekuensi standard wireless pada
praktikum kali ini. Spektrum frekuensi ini berada dalam band yang dibuat terbuka untuk
penggunaan umum tanpa perlu lisensi. Di negara maju, wilayah band ini di kenal sebagai
ISM (Industrial, Scientific, and Medical) band. Sebagian besar dari spektrum elektromagnetik
yang ada biasanya di kontrol secara ketat oleh pemerintah melalui lisensi, contohnya di
frekuensi 5 GHz. Penggunaan PtP dan PtM beroperasi di frekuensi 5 GHz, sehingga ketika
kita akan mengaplikasikan jaringan ini, diperlukan perizinan untuk kepengurusan
administrasi ke lembaga terkait.
Saluran jaringan wireless yang banyak diaplikasikan terbagi ke dalam 2 saluran. Yang
pertama saluran untuk IEEE 802.11b/g (2.4 GHz) dan IEEE 802.11a (5Ghz). Tabel berikut
mendeskripsikan 2 jalur saluran wireless :
Saluran Frekuensi Tengah (GHz) Saluran Frekuensi Tengah (GHz)
1 2,412 40 5,200
2 2,417 42 5,210
3 2,422 44 5,220
4 2,427 46 5.230
5 2,432 48 5,240
6 2,437 52 5,260
7 2,442 56 5,280
8 2,447 60 5,300
9 2,452 64 5,320
10 2,457 149 5,745
34 5,170 153 5,765
36 5,180 157 5,785
38 5,190 161 5,805
Saluran diatas digunakan untuk jalur komunikasi, dimana ketika dua perangkat yang
beroperasi pada jaringan wireless ingin saling terkoneksi . Maka 2 perangkat tersebut harus
berada pada frekuensi dan spektrum radio saluran yang sama. Bila tidak, maka tidak akan
pernah mampu bernegosiasi untuk terkoneksi.
4.6 Wireless Indoor dan Outdoor
Jaringan wireless apabila didasarkan pada penggunaan area atau lokasi, dapat
diklasifikasikan ke dalam dua area. Setiap area mendefinisikan kebutuhan perangkat
kerasnya tersendiri, sebab cakupan (coverage) yang akan dijangkau oleh sinyal berbeda
pula. Kedua area akan menghasilkan gangguan atau redaman terhadap sinyal yang jauh
berbeda. Dibawah ini akan diklasifikasikan dua mode jaringan wireless berdasarkan area
penggunaannya ;
1. Wireless Indoor
adalah jaringan dimana pembuatan, penempatan dan penggunaan akses jaringan
berada di dalam gedung atau ruangan. Dalam ruang lingkup penerimaan sinyal,
jaringan ini akan memiliki batasan akses, sebab sinyal akan terhalang oleh tembok
beton, sehingga area yang diterima hanya sekitar ruangan tersebut, sebab tembok
akan memantulkan sinyalnya, seperti arah pantulan cahaya. Jika ada bagian
ruangan yang terbuka, memungkinkan pula sinyal untuk diterima diluar ruangan
namun kekuatan sinyal tidak akan lebih baik daripada didalam..
2. Wireless Outdoor
adalah jaringan dimana pembuatan jaringan ditujukan untuk menjangkau area
yang lebih luas yang berada di luar ruangan.. hal yang penting dalam pembuatan
jaringan ini adalah penempatan AP atau antena berada di tempat yang lebih
terbuka atau tidak terhalang (misal pohon, gedung, dll). Ketinggian antena dan
gain dapat menentukan jarak yang dapat dijangkau oleh sinyal. Semakin tinggi dan
semakin besar nilai gain maka mampu untuk melayani jangkuan yang semakin
jauh. Penggunaan antena pada tipe jaringan ini sangat bermanfaat, terlebih
penentuan tipe antena yang digunakan, karena berbeda penggunaan antena
menghasilkan cakupan area yang berbeda pula. Untuk mengetahui penggunaan
antena yang tepat untuk jaringan ini baca poin 5.2.1.
4.7 Wireless Mode
Jaringan wireless mendeskripsikan beberapa pengaturan/ konfigurasi mode sistem
wireless. Mode konfigurasi menentukan peran yang akan dijalankan oleh suatu PC, AP atau
Antena. Apakah akan menjadi Transmitter atau Receiver ?. Teknologi 802.11a/b/g/n
mengenal 4 mode konfigurasi, baik itu disisi Klien (PC), AP atau Antena. Mode tersebut ialah
:
a. Mode Master (mode AP atau Station di jaringan infrastruktur) adalah Suatu wireles
card di AP Router difungsikan sebagai penyedia layanan. Pada mode ini harus
mangatur komunikasi, menentukan dan memberikan SSID untuk jalur akses bagi klien
atau memberikan autentikasi konektivitas (password), bahkan perebutan kanal,
pengulangan paket, dll . Pengaturan wireless card ini hanya dapat terhubung dengan
mode managed yang dikonfigurasi disisi klien.
b. Mode managed (mode klien) adalah konfigurasi wireless card yang hanya dapat
bergabung dengan mode master yang telah dibuat, dan secara otomatis akan
menyesuaikan konfigurasi saluran dengan master beserta autentikasinya.
c. Monitor adalah modus monitor digunakan oleh beberapa alat (seperti, wireless card
menggunakan software kismet) untuk dapat secara pasif mendengarkan trafik data
yang lewat pada satu saluran radio tertentu. Pada mode monitor, card nirkabel tidak
dapat transmit / mengirim data. Hal ini berguna untuk menganalisis masalah pada
sambungan nirkabel atau memerhatikan penggunaan spektrum di jaringan lokal.
Modus monitor biasanya tidak digunakan untuk komunikasi
d. Wireless Distribution System (WDS) adalah mode bridge yang ada pada antena atau
perangkat AP untuk secara simultan menjembatani (bridge) ke ke perangkat lainnya.
Mode ini mengijinkan suatu perangkat bertindak sebagai tranparent bridge pada
Layer 2 (Data Link), sehingga traffic secara transparent beroperasi pada mode Layer
2. Dalam mode ini dibagi kedalam dua mode pengaturan :
· Access Point WDS.
Mode ini didefiniskan apabila kita akan membuat jaringan yang salah satu
perangkatnya bertindak sebagai Root Bridge (poin 5.3), sehingga setiap
perangkat lain akan beroperasi pada channel dan pengaturan yang sama pula.
Catatan : Apabila sebuah antena bertindak sebagai AP WDS maka sisi antena
lain yang akan bergabung harus bertindak sebagai Station WDS.
· Station WDS.
Mode dimana suatu perangkat akan bertindak sebagai non-root bridge atau
anak dari bridge utama, sehingga yang perlu dilakukan pada mode ini adalah join
atau bergabung dengan mode AP WDS melalui penyesuaian channel yang
digunakan lalu scanning SSID (root bridge) dan lock terhadap MAC address Root
bridge, sehingga kedua antena atau AP dapat saling terhubung satu sama
lainnya.
Catatan : Mode ini hanya dapat bergabung dengan mode AP WDS.
4.8 Mode Network pada sistem jaringan wireless.
Dasar pembangunan blok jaringan 802.11 adalah disebut Basic Service Set (BSS), BSS
adalah gabungan dari group station yang saling terkoneksi antara satu sation dengan station
yang lainnnya. Komunikasi yang berlangsung dalam area tersebut dinamakan Basic Service
Area (BSA). Untuk menghasilkan jaringan bermodel BSS pengaturan mode jaringan pada
setiap station atau Antena atau AP perlu dikonfigurasikan. Konfigurasi setiap perangkat
memiliki tipe tersendiri. Tipe – tipe memiliki cara kerja dan kegunaannya masing – masing.
Oleh karena itu perlu diketahui kegunaannya, berikut akan dibagi kedalam 4
pengelompokan mode jaringan 802.11, agar mempermudah pemahaman :
1. Mode Ad – Hoc
Ad-Hoc adalah wireless card yang digunakan untuk jaringan PtP, PtM atau MtM,
dimana tidak ada satu master node atau AP. Dalam modus ad-hoc, setiap card
berkomunikasi langsung dengan tetangga. Node harus dalam jangkauan satu sama
lainnya untuk berkomunikasi, dan harus setuju pada nama jaringan (SSID) dan kanal
yang digunakan.
2. Mode Infrastruktur
Infrastruktur adalah jaringan yang terdiri dari suatu AP router yang menyediakan
layanan berbagi akses data bagi klien, sehingga setiap klien untuk melakukan
konektivitas ke AP melalui frekuensi tertentu, SSID atau autentikasi password yang
disediakan oleh AP. setiap klien yang akan terhubung ke AP harus terkonfigurasi
dalam mode infrasturktur.
3. Mode Repeater
Repeater adalah node yang dikonfigurasi untuk merelay trafik yang tidak
diperuntukkan untuk node atau AP itu sendiri. Dalam sebuah jaringan mesh, setiap
node adalah pengulang. Dalam jaringan infrastruktur tradisional, node harus
dikonfigurasi untuk meneruskan trafik ke node AP lain. Biasanya, kedua radio
repeater dikonfigurasikan untuk mode infrastruktur, untuk mengijinkan beberapa
klien untuk melakukan sambungan ke salah satu sisi pengulang. Tetapi tergantung
pada tata letak jaringan, satu atau lebih perangkat mungkin perlu di set dalam mode
ad-hoc atau mode klien. Dalam pengaplikasiannya repeaters digunakan untuk
mengatasi kendala di sambungan jarak jauh.
4. Mode Bridge
Bridge (antena) merupakan suatu mode, dimana pengaplikasiannya digunakan untuk
menggabungkan jaringan lokal ethernet melalui jaringan wireless (berbeda subnet
atau berbeda kelas ip address), contoh sederhananya menggabungkan dua jaringan
lan pada dua gedung yang berbeda.
Gambar 4.16 Jaringan menggunakan konektivitas mode bridge
Pada mode bridge ini terdapat pengelompokan mode lagi kedalam dua mode :
· Mode Root Bridge :
Mode ini digunakan apabila kita memiliki lebih dari satu antena atau AP yang
dikonfigurasikan dengan mode bridge. Salah satunya harus bertindak sebagai
Root Bridge. Suatu root bridge hanya dapat berkomunikasi dengan mode nonroot
bridge dan client device lain, tetapi tidak dapat digabungkan dengan mode
root bridge lain.
· Mode Non Root Bridge
Dalam mode ini dapat bergabung dengan root bridge mode. Beberapa wireless
bridge mendukung suatu client untuk terhubung ke non-root bridge, selagi
bridge adalah bertindak sebagai AP mode. Mode ini memiliki kemampuan
untuk secara simultan bertindak sebagai AP mode dan bridge mode. Klien dapat
terhubung ke AP mode (bridge sebagai AP mode) dan bridge berkomunikasi
dengan bridge mode lainnya.
· Mode Router
Mode ini hanya berlaku untuk pada antena, misal antena ubnt. Dalam
pengaplikasiannya antena tersebut dapat bertindak sebagai router yang
mengabungkan dua jaringan LAN yang sudah ada melalui jarur koneksi
wireless. Mode ini berbeda dengan bridge, sebab router memiliki kemampuan yang lebih banyak dan beroperasi lebih cepat (Layer 3 Network) dan memiliki
perbadaan data, bila bridge untuk melayani frame, tetapi pada router melayani
paket data. Kelebihan lainnya router mampu melakukan routing jaringan.
4.9 Jaringan Mesh
1. Point to Point (PtP)
Sambungan point-to-point biasanya menyediakan sebuah koneksi internet dimana
akses lain tidak tersedia. Satu sisi dari sambungan point-to-point memiliki koneksi
internet, sementara yang lain menggunakan sambungan tersebut untuk mencapai
Internet. Pengaturan ini dapat memanfaatkan konfigurasi model jaringan mode
bridge, seperti pada poin 5.8.
Contoh kasus misalnya:
Sebuah universitas mungkin mempunyai sambungan frame relay atau VSAT yang
cepat di tengah kampus, tetapi tidak mampu untuk membuat sambungan tersebut
bagi bangunan penting yang ada di luar kampus. Jika bangunan utama di kampus
memiliki pandangan terbuka ke bangunan diluar kampus, sambungan point-to-point
dapat digunakan untuk membuat kedua bangunan tersebut tersambung. Hal ini
dapat berupa tambahan atau bahkan menggantikan sambungan dial-up. Dengan
antena yang tepat dan line of sight, sambungan point-to-point yang melebihi tiga
puluh kilometer adalah mungkin.
2. Point to Multipoint (PtM)
Tata letak jaringan yang juga sering dihadapi adalah point-to-multipoint. Apabila
beberapa node (antena) berbicara ke pusat akses, ini merupakan aplikasi point-tomultipoint.
Contoh yang khas dari tata letak point-to-multipoint adalah penggunaan
akses point nirkabel yang menyediakan sambungan ke beberapa laptop. Laptop tidak
berkomunikasi satu sama lain secara langsung, tetapi harus dalam wilayah akses
point untuk dapat menggunakan jaringan.
3. Multipoint to Multipoint (MtM)
Tipe tata letak jaringan yang ke tiga adalah jaringan multipoint-to-multipoint, yang
juga disebut sebagai ad-hoc atau jaringan mesh. Dalam jaringan multipoint-tomultipoint,
tidak ada kewenangan pusat. Setiap node pada jaringan dapat membawa lalu lintas data dari setiap node lainnya yang memerlukan, dan semua node
berkomunikasi satu sama lain secara langsung.
4.10 Tipe Autentikasi Security 802.11
Teknik untuk melakukan pengamanan jaringan wireless adalah melalui autektikasi,
enkripsi seperti WEP dan WPA mencoba mengatasi persoalan autentikasi privasi di lapisan
dua, lapisan data-link. Ini melindungi melawan Eavesdropper yang menguping sambungan
nirkabel, tetapi semua perlindungan ini berakhir di AP. Untuk menjamin privasi data,
enkripsi end-to-end yang baik sebaiknya menyediakan fitur berikut:
· Verifikasi authentikasi dari remote end. User sebaiknya dapat tahu tanpa raguragu
kepada siapa dia berbicara di ujung lain. Tanpa authentikasi, seorang user
bisa dapat data sensitif kepada siapa saja yang menyebutkan bahwa dia adalah
layanan yang sah.
· Metode enkripsi kuat. Algoritma enkripsi sebaiknya kuat terhadap serangan di
masyarakat, dan tidak dengan mudah di pecahkan oleh pihak ketiga. Tidak ada
keamanan di ketidakjelasan, dan enkripsi akan lebih kuat lagi jika algoritma
dikenal secara luas dan sudah di review oleh banyak orang. Algoritma yang baik
dengan kunci yang panjang dan terlindungi dapat menyediakan enkripsi yang tak
mungkin di bongkar oleh siapapun pada generasi kita dengan memakai teknologi
sekarang.
· Public key cryptography. Biarpun bukan syarat mutlak untuk enkripsi end-toend,
penggunaan public key cryptography bukan shared key (kunci bersama)
dapat menjamin bahwa data seorang individu tetap pribadi (aman), sekalipun
kunci dari pemakai lain telah jebol. Hal ini memecahkan masalah penyebaran kunci kepada pemakai melalui jaringan yang tidak dipercayai.
· Data encapsulation. Mekanisme enkripsi end-to-end yang baik akan berusaha
melindungi sebanyak mungkin data. Mulai dari meng-enkripsi satu transaksi
email sampai encapsulation seluruh trafik IP, termasuk DNS lookups dan protokol
pendukung lain. Beberapa tool enkripsi yang sederhana hanya menyediakan
saluran aman yang bisa dipakai oleh aplikasi lain. Ini memungkinkan user
memakai program apapun yang mereka suka dan masih memperoleh
perlindungan enkripsi yang kuat, sekalipun program itu sendiri tidak
menyokongnya .
Paling utama untuk mendukung jaringan yang aman. Hal yang paling utama adalah
melalui autentikasi yang tangguh di sisi penyedia layanan yaitu AP. AP mendukung
beberapa metode verifikasi autentikasi keabsahan pemilik akses yang sah, melalui
beberapa algoritma diantaranya adalah :
1. WEP (Wired Equivalent Privacy)
Metode enkripsi yang paling banyak dipakai adalah enkripsi WEP. WEP adalah
singkatan dari Wired Equivalent Privacy, dan disokong oleh semua peralatan
802.11a/b/g. WEP mempergunakan kunci shared 40 bit untuk enkripsi data antara
akses point dan klien. Kunci harus dimasukkan di AP dan pada masing-masing klien.
Dengan memakai WEP, klien wireless tidak bisa menghubungkan dengan AP sampai
mereka memakai kunci yang benar. WEP pasti bukan solusi enkripsi terkuat yang
ada. Untuk satu hal, kunci WEP di pakai bersama-sama oleh semua pemakai
2. WPA (Wi-Fi Protected Access)
Protokol authentikasi lapisan data-link adalah Wi-Fi Protected Access, atau WPA.
WPA diciptakan khusus untuk mengatasi masalah / kekurangan WEP. WPA
menyediakan pola enkripsi yang lebih kuat secara signifikan, dan bisa memakai kunci
private yang dipakai bersama, kunci unik yang dialokasikan pada masing-masing
user, atau bahkan sertifikat SSL untuk authentikasi baik klien maupun akses point.
Keabsahan authentikasi diperiksa menggunakan protokol 802.1X.
WPA dibagi kedalam beberapa versi yaitu ;
· WPA2 Personal (WPA2 Pre-Shared Key (PSK)) dan WPA2 Enterprise (64 hexadecimal digits) merupakan peningkatan pada wireless encryption security
daripada WPA, tetapi tidak menggunakan algoritma yang disebut sebagai TKIP
(Temporal Key Integrity Protocol), sebab pada versi sebelumnya WPA terdapat
celah keamaannya pada algoritma tersebut. Dalam pengaplikasiannya bila
menggunakan WPA2 Enterprise memerlukan pengkonfigurasian di sisi Server
yang menyediakan Sistem autentikasi untuk tipe enkripsi ini.
3. RADIUS
RADIUS menjalankan sistem administrasi pengguna yang terpusat, sistem ini akan
mempermudah tugas administrator. Dapat kita bayangkan berapa banyak jumlah
pelanggan yang dimiliki oleh sebuah ISP, dan ditambah lagi dengan penambahan
pelanggan baru dan penghapusan pelanggan yang sudah tidak berlangganan lagi.
Apabila tidak ada suatu sistem administrasi yang terpusat, maka akan merepotkan
administrator dan tidak menutup kemungkinan ISP akan merugi atau pendapatannya
berkurang. Dengan sistem ini pengguna dapat menggunakan hotspot di tempat yang
berbeda-beda dengan melakukan autentikasi ke sebuah RADIUS server. RADIUS
merupakan suatu protokol yang dikembangkan untuk proses AAA (authentication,
authorization, and accounting.) Berikut ini adalah RFC (Request For Comment) yang
berhubungan dengan RADIUS :
· RFC2865
: Remote Authentication Dial-In User Service (RADIUS)
· RFC 2866
: RADIUS Accounting
· RFC 2867
: RADIUS Accounting for Tunneling
· RFC 2868
: RADIUS Authentication for Tunneling
· RFC2869
: RADIUS over IP6
· RFC 2548
: Microsoft Vendor-Specific RADIUS Attributes, etc.
802.1x terdiri dari tiga bagian, yaitu wireless node (supplicant), access point
(autentikator), autentikasi server. Autentikasi server yang digunakan adalah Remote
Authentication Dial-In Service (RADIUS) server dan digunakan untuk autentikasi
pengguna yang akan mengakses wireless LAN. EAP adalah protocol layer 2 yang
menggantikan PAP dan CHAP.
4. Captive Protal
Alat authentikasi yang biasa dipakai di jaringan nirkabel adalah captive portal.
Captive portal memakai standar web browser untuk memberi seorang user wireless
kesempatan untuk mengauthentikasi dirinya, biasanya berupa username &
password. Captive portal juga dapat memberi informasi (seperti Kebijakan
Penggunaan Jaringan yang Dapat di Terima / Acceptable Use Policy) kepada pemakai
sebelum memberi akses lebih lanjut. Dengan memakai web browser, captive portal
dapat bekerja dengan semua laptop dan system operasi. Captive portal biasanya
dipakai di jaringan terbuka yang tak punya metode authentikasi lain (seperti WEP
atau MAC filter).
4.11 Projek hotspot yang populer
1. Chillispot (http://www.chillispot.info/). Chillispot adalah captive portal yang
didesain
untuk authentikasi terhadap database keabsahan user yang sudah ada, seperti
2. RADUIS. Digabung dengan aplikasi phpMyPrePaid, authentikasi berdasarkan
voucheryang sudah dibayar lebih dulu bisa dilaksanakan dengan sangat mudah.
Anda bisa mendownload php My PrePaid dari
http://sourceforge.net/projects/phpmyprepaid/.
3. WiFi Dog (http://www.wifidog.org/). WiFi Dog menyediakan paket authentikasi
captive portal yang sangat lengkap untuk ruang yang sempit (biasanya di bawah
30kb). Dari perspektif user, dia tidak memerlukan pop-up atau sokongan
javascript, memperbolehkannya mengerjakan jenis alat nirkabel yang lebih luas.
4. m0n0wall (http://m0n0.ch/wall/). M0n0wall adalah sebuah sistem operasi
embedded yang berbasis pada FreeBSD. Termasuk di dalamnya adalah captive
portal dengan dukungan untuk RADIUS, serta web server PHP.
5. NoCatSplash (http://nocat.net/download/NoCatSplash/) memberikan splash
page yang dapat diubah-ubah kepada user anda, mengharuskan mereka untuk
klik tombol “login” sebelum memakai jaringan. Ini berguna untuk mengenali
operator jaringan dan menampilkan peraturan untuk akses jaringan. Dia
menyediakan solusi yang sangat mudah di situasi di mana anda perlu memberi
user jaringan terbuka dengan informasi dan Acceptable Use Policy.
4.12 Delimetering Zone (DMZ) pada Jaringan
Firewall DMZ (Demilitarized Zone) – atau jaringan perimeter adalah jaringan security
boundary yang terletak diantara suatu jaringan corporate / private LAN dan jaringan public
(Internet). Firewall DMZ ini harus dibuat jika anda perlu membuat segmentasi jaringan
untuk meletakkan server yang bisa diakses public dengan aman tanpa harus bisa mengganggu keamanan system jaringan LAN di jaringan private kita. Perimeter (DMZ)
network didesign untuk melindungi server pada jaringan LAN corporate dari serangan
hackers dari Internet.
Gambar berikut ini menunjukkan diagram dari firewall yang menggunakan dua jaringan DMZ
Jika ada kebutuhan untuk menggunakan jaringan segmentasi, anda bisa menerapkan
beberapa jaringan DMZ dengan kebijakan tingkat keamanan yang berbeda. Seperti terlihat
pada diagram diatas, anda membangun aplikasi untuk keperluan extranets, intranet, dan
web-server hosting dan juga gateway untuk keperluan remote akses.
Perhatikan diagram DMZ diatas, traffic user dari internet hanya dapat mengakses
web-server yang diletakkan pada jaringan DMZ2. Mereka tidak bisa mengakses server SQL
yang diletakkan pada jaringan DMZ1. Akan tetapi kedua server baik web-server (yang ada di
DMZ2) dan SQL-server (yang ada di DMZ1) mempunyao alses untuk bisa saling
berkomunikasi. User dari internet tidak boleh mengakses SQL sever maupun mengakses
jaringan internal / private kita. Maka anda harus menerapkan kebijakan keamanan pada
firewall yang memenuhi kebutuhan tersebut.
Implementasi
Firewall DMZ dapat diimplementasikan tepat pada border corporate LAN yang lazim
mempunyai tiga jaringan interface (tetapi tidak menutup kemungkinan memiliki dua interface, tetapi tidak diperbolehkan memiliki satu interface) :
1. Interface Internet: interface ini berhubungan langsung dengan Internet dan IP
addressnya pun juga IP public yang terregister.
2. Interface Private atau Interface intranet: adalah interface yang terhubung
langsung dengan jaringan corporate LAN dimana anda meletakkan server-server
yang rentan terhadap serangan.
3. Jaringan DMZ: Interface DMZ ini berada didalam jaringan Internet yang sama
sehingga bisa diakses oleh user dari Internet. Resources public yang umumnya
berada pada firewall DMZ adalah web-server, proxy dan mail-server.
Wireless router (Linksys E1200) yang dilengkapi dengan fitur DMZ ini memungkinkan
anda untuk meletakkan satu computer yang bisa diexpose ke Internet dengan tujuan
tertentu seperti untuk online gaming atau video-conference. DMZ hosting ini
meneruskan semua ports pada saat yang bersamaan kepada satu PC. Fitur forward
port ini lebih aman sebab dia hanya membuka port-port yang ingin anda buka saja,
sementara hosting DMZ membuka semua port dari satu komputer, mengexpose
komputer kepada internet.
Misal pada Linksys E1200 anda bisa mengkonfigure satu PC atau game console untuk
keperluan Online gaming, sehingga terpisah dari jaringan komputer private anda.
Anda bisa mengakses utilitas Web-based dari Linksys E1200 ini dan masuk ke menu
Application > DMZ untuk bisa meng-enable fitur DMZ ini. Enable dulu fitur DMZ ini
dan kemudian lakukan konfigurasi nya. Pilih IP address atau masukkan IP address
tertentu secara manual dari komputer yang ada di internet yang dibolehkan masuk
mengakses PC yang ada pada jaringan. Anda juga perlu memasukkan IP address atau MAC address dari PC / Game console yang anda ingin diexpose di Internet dan bisa
diakases dari Internet.
4.13 Perhitungan Link Budget dan EIRP
4.13.1 EIRP
EIRP adalah total energi yang di keluarkan oleh sebuah access point dan
antenna. Saat sebuah Access Point mengirim energinya ke antena untuk di
pancarkan, sebuah kabel mungkin ada diantaranya. Beberapa pengurangan besar
energi tersebut akan terjadi di dalam kabel. Untuk mengimbangi hal tersebut,
sebuah antena menambahkan power / Gain, dengan demikian power bertambah.
Jumlah penambahan power tersebut tergantung tipe antena yang digunakan. FCC
dan ETSI mengatur besar power yang bisa dipancarkan oleh antena. EIRP inilah yang
digunakan untuk memperkirakan area layanan sebuah alat wireless.
Rumus dari EIRP adalah :
EIRP = Power Output Transmitter (AP) - Cable loss + Antenna Gain
Batas EIRP yang legal pada frekeunsi 2.4GHz di Indonesia adalah:
· Untuk PtP adalah 36dBm
· Untuk PtM adalah 30dBm
· Daya pancar maksimum 100mW (20dBm).
Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi transmisi sinyal wireless
di udara, seperti Free Path Loss, Penyerapan Sinyal, Pemantulan Sinyal, Pemecahan
Sinyal, Pembelokan Sinyal dan Line of sight (LOS). Apa itu Free Path Loss dan lainnya
yang disebutkan diatas ? berikut penjelasan singkatnya :
1. Free Path Loss
Model dimana sebuah sinyal yang menjauhi sumbernya makin lama akan
menghilang. Ilustrasinya seperti saat anda menjatuhkan batu secara vertikal
ke sebuah kolam air, akan terbentuk gelombang yang menjauhi titk batu
dijatuhkan dan semakin jauh semakin menghilang, namun tidak berhenti,
hanya menghilang. Sama halnya seperti sinyal Gelombang Radio.
2. Absorption (Penyerapan Sinyal)
Seperti diketahui semakin besar Amplitudo gelombang (Power) Semakin jauh
sinyal dapat memancar. Ini baik karena dapat menghemat acess point dan
menjangkau lebih luas. Dengan mengurangi besar amplitudo (Power) suatu
sinyal, maka jarak jangkauan sinyal tersebut akan berkurang. Faktor yang
mempengaruhi transmisi wireless dengan mengurangi Amplitudo (Power)
disebut Absorption (Penyerapan sinyal). Efek dari Penyerapan adalah panas.
Masalah yang dapat dihadapi ketika signal di serap seluruhnya adalah, sinyal
berhenti. Namun efek ini tidak mempengaruhi/ merubah panjang gelombang
dan frekuensi dari sinyal tersebut. Anda pasti bertanya-tanya, benda apa yang dapat menyerap signal. Tembok, tubuh manusia, dan karpet dapat
menyerap/meredam sinyal. Benda yang dapat menyerap/meredam suara
dapat meredam sinyal.
Peredaman sinyal ini perlu diperhitungkan juga saat akan mendeploy jaringan
wireless dalam gedung, terutama bila ada kaca dan karpet. karena dalam hal
ini peredaman sinyal akan terjadi.
3. Pemantulan Sinyal
Sinyal radio bisa memantul bila menemui cermin/kaca. Biasanya banyak
terjadi pada ruangan kantor yang di sekat. PemantulanI pun tergantung dari
frekuensi signalnya. Ada beberapa frekuensi yang tidak terpengaruh sebanyak
frekuensi yang lainnya. Dan salah satu efek dari pemantulan sinyal ini adalah
terjadinya Multipath.
Multipath artinya singnal datang dari 2 arah yang berbeda. Karakteristiknya
adalah penerima kemungkinan menerima signal yang sama beberapa kali dari
arah yang berbeda. Ini tergantung dari panjang gelombang dan posisi
penerima. Karakteristik lainnya adalh Multipath dapat menyebabkan sinyal
yang = nol, artinya saling membatalkan, atau dikenal dengan istilah Out Of
Phase signal.
4. Pemecahan sinyal (Scattering)
Isu dari pemecahan sinyal terjadi saat sinyal dikrim dalam banyak arah. Hal ini
dapat disebabkan oelh beberapa objek yang dapat memantulkan signal dan
ujung yang lancip, seperti partikel debu di air dan udara. Ilustrasinya dalah
menyinari lampu ke pecahan kaca. Cahaya akan dipantulkan ke banyak arah
dan menyebar. Dalam skala besar adalah bayangkan saat cuaca hujan. Hujan
yang besar mempunyai kemampuan memantulkan sinyal. oleh karena itu
disaat Hujan , sinyal wireless dapat terganggu.
5. Pembelokan Sinyal (Refraction)
Refraction adalah perubahan arah, atau pembelokan dari sinyal disaat sinyal
melewati sesuatu yang beda massanya. Sebagai contoh sinyal yang melewati
segelas air. Sinyal ada yang di pantulkan dan ada yang dibelokkan.
6. LOS (Line of Sight)
Line of Sight artinya suatu kondisi dimana pemancar dapat melihat secara jelas tanpa halangan sebuah penerima. Walaupun terjadi kondisi LOS, belum
tentu tidak ada gangguan pada jalur tersebut. Dalam hal ini yang harus
diperhitungkan adalah - Penyerapan sinyal, pemantulan sinyal, pemecahan
sinyal. Bahkan dalam jarak yang lebih jauh bumi menjadi sebuah halangan,
seperti kontur bumi, gunung, pohon, dan halangan lingkungan lainnya.
Jalur lurus yang bersih dari hambatan antara penerima dan pengirim disebut
line-of-sight. Untuk frekuensi tinggi membutuhkan line-of-sight lebih baik
daripada frekuensi rendah. Ada dua istilah :
· Optical Line-of-sight, kedua stasiun secara optik dapat saling lihat
· Radio line-of-sight, tidak ada refleksi ataupun pehitungan line-of-sight ini sangat diperlukan ketika Anda membangun
jaringan wireless outdoor.
4.13.2 Link Budget
Link Budget adalah nilai yang menghitung semua gain dan loss antara
pengirim dan penerima, termasuk atenuasi, penguatan / gain antena, dan loss
lainnya yang dapat terjadi. Link Budget dapat berguna untuk menentukan berapa
banyak power yang dibutuhkan untuk mengirimkan sinyal agar dapat di mengerti
oleh penerima sinyal. Berikut adalah rumus sederhana untuk menentukan Link
Budget :
Received Power (dBm) = Transmitted Power (dBm) + Gains (dB) - Losses (dB)
Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk
memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya
threshold (RSL ≥ Rth). Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan di receiver. Parameter-parameter yang mempengaruhi
kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah sebagai berikut :
· Lingkungan propagasi
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang radio
dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi.
Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi
redaman juga semakin besar. Parameter yang mempengaruhi kondisi
propagasi yaitu rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan
interferensi.
· Rugi-rugi propagasi
Dalam lingkungan radio, konfigurasi alam yang tidak beraturan, bangunan,
dan perubahan cuaca membuat perhitungan rugi-rugi propagasi sulit.
Kombinasi statistik dan teori elektromagnetik membantu meramalkan rugirugi
propagasi dengan lebih teliti.
· Fading
Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah level daya
yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya ratarata
yang sampai di penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai fading
margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi., yang nilainya
tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan. Nilai fading
margin minimum agar sistem bekerja dengan baik sebesar 15 dBm.
· Noise
Noise dihasilkan dari proses alami seperti petir, noise thermal pada sistem
penerima, dll. Disisi lain sinyal transmisi yang mengganggu dan tidak
diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.
4.13.3 Propagasi LOS
Propagasi NLOS
Perhitungan loss propagasinya dapat dilihat pada rumus dibawah:
Lpropagasi = Ldo + 10 n log 10 (d/d0) + ΔLf + ΔLh + s (dB)
Dimana :
Ldo = free path loss di d0
d0 = 100 m (jarak referensi)
n = path loss exponent
d = jarak base station dan subscriber station (m)
ΔLf = faktor koreksi frekuensi
ΔLh = faktor koreksi tinggi antenna penerima
S = shadow fading komponen
Dimana : h = tinggi antena penerima 2 m ≤ h ≤ 8 m
dimana : hb = tinggi base station 10 m ≤ hb ≤ 80 m a,b,c = konstanta yang
menunjukkan kategori terrain. Sedangkan d = untuk s nilainya 8,2 s/d 10,6 dB
tergantung pada tipe terrain.
Propagasi LOS
Redaman ruang bebas atau free space loss merupakan penurunan daya gelombang
radio selama merambat di ruang bebas. Redaman ini dipengaruhi oleh besar
frekuensi dan jarak antara titik pengirim dan penerima.
Besarnya redaman ruang bebas adalah :
Lp= FSL = 32,45 + 20 log f (MHz) + 20 log d (km)
dimana :
f = frekuensi operasi (MHz)
d = jarak antara pengirim dan penerima (km)
4.13.4 Perhitungan RSL (Receive Signal Level)
RSL (Receive Signal Level) adalah level sinyal yang diterima di penerima dan nilainya
harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL ≥ Rth). Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi penerima yang
dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung dengan persamaan berikut :
RSL = EIRP – Lpropagasi + GRX – LRX
dimana :
EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm)
Lpropagasi = rugi-rugi gelombang saat berpropagasi (dB)
GRX = penguatan antena penerima (dB)
LRX = rugi-rugi saluran penerima (dB)
4.14 Istilah – istilah pada jaringan 802.11
1. System Operating Margin (SOM), berhubungan dengan kekuatan
pengirim, tipe antena, panjang kabel coaxial dan jarak.
Sebagai gambaran perhitungan, pada spesifikasi 802.11b, penerima receiver memiliki
sensitifitas antara -80 sampai -85 dBm. Pada sisi client, secara normal kita menggunakan antena directional, seperti antenna parabola dengan penambahan
antara 19 – 24 dBm. Kehilangan sinyal untuk kabel coaxial antara 2-3 dB. Untuk
mencakup margin operasi (SOM) 10 – 15 dB sangat tergantung pada tipe antena
yang digunakan pada Access Point. Jika menggunakan antenna (akan dibahas
berikutnya) omnidirectional dengan penambahan 10 – 12 dB, kita mendapat
cakupan area 4 – 5 km. Jika menggunakan antena sectoral (directional) dengan
penambahan 12 - 14 dB kita dapat mencakup 6 – 8 Km.
2. Fresnel Zones
Dari sudut yang sederhana, Teori Fresnel zone melihat garis lurus antara A dan B,
dan ruang
di sekitar garis lurus tersebut untuk melihat apa yang akan terjadi pada saat sinyal
sampai di B. Beberapa gelombang akan merambat langsung dari A ke B, beberapa
lainnya akan merambat keluar garis lurus. Akibatnya jalur yang di tempuh menjadi
lebih panjang, hal ini menimbulkan perbedaan fasa antara sinyal yang langsung
dengan yang tidak langsung. Pada saat perbedaan fasa adalah satu panjang
gelombang, kita akan melihat interferensi konstruktur: sinyal pada dasarnya
bertambah. Melihat kondisi ini dan menghitung, kita akan melihat adanya daerah
lingkaran sekitar garis lurus antara A dan B yang akan berkontribusi terhadap sinyal
yang tiba di B
walaupun secara kasar mata tampaknya line of sight bebas hambatan. Perlu dicatat
bahwa ada banyak kemungkinan Fresnel zone, tapi kita hanya akan fokus pada
wilayah / zone satu (1) saja. Jika di wilayah zone 1 terhalang oleh penghalang, seperti, pohon atau bangunan, maka sinyal yang akan tiba di ujung yang akan
semakin kecil. Pada saat kita membuat hubungan wireless, kita perlu memastikan
bahwa wilayah / zone tersebut bebas dari hambatan. Tentunya saja tidak ada yang
sempurna, dalam jaringan wireless biasanya kita memastikan bahwa 60 persen dari
radius dari Fresnel zone yang pertama bebas dari penghalang.
Berikut adalah rumus untuk menghitung Fresnel zone yang pertama:
r = 17.31 * sqrt((d1*d2)/(f*d))
dimana :
r adalah jari-jari dari zone tersebut dalam meter, d1 dan d2 adalah jarak dari
penghalang ke kedua ujung dari sambungan wireless d adalah jarak total sambungan
dalam meter f adalah frekuensi dalam MHz. Perlu di catat bahwa rumus di atas akan
memberikan jari-jari / radius dari zone, bukan ketinggian dari atas tanah. Untuk
menghitung ketinggian dari atas tanah, kita perlu mengurangi dari ketinggian garis
lurus antara dua tower wireless yang saling berhubungan.
Sebagai contoh, mari kita menghitung jari-jari Fresnel zone yang pertama di tengah
sambungan wireless yang panjangnya dua (2) km, bekerja pada frekuensi 2.437 GHz
(802.11b kanal 6) :
r = 17.31 sqrt((1000 * 1000) / (2437 * 2000))
r = 17.31 sqrt(1000000 / 4874000)
r = 7.84 meter
Jika kita asumsikan ke dua tower di kedua ujung tinggi-nya sepuluh (10) meter, maka
Fresnel zone yang pertama akan berada sekitar 2.16 meter di atas tanah pada lokasi
tengah-tengah sambungan. Berapa ketinggian bangunan pada titik tersebut jika 60%
dari Fresnel zone yang pertama harus bebas hambatan ?
r = 0.6 * 17.31 sqrt((1000 * 1000) / (2437 * 2000))
r = 0.6 * 17.31 sqrt(600000 / 4874000)
r = 4.70 meter
bagikan hasil di atas ke 10 meter, kita dapat melihat bahwa sebuah bangunan
dengan ketinggian 5.3 meter di tengah sambungan akan memblok sampai 40% dari
Fresnel zone yang pertama. Hal ini biasanyadapat di terima, tapi untuk memperbaiki
kondisi sambungan kita perlu menaikan antenna lebih tingi, atau mengubah arah
sambungan untuk menghindari penghalang.
Thanks to Tio Setia Hati